Ratusan umat
muslim melakukan tawaf di kabah pada hari-hari terakhir ibadah haji di Masjidil
Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi 10 Juli 2022. (Reuters)
Surabaya - Setiap
langkah mendekat ke Masjidil Haram selalu meninggalkan kesan mendalam, sebuah
perasaan takjub yang menghantui bahkan mereka yang telah berkali-kali
berkunjung. Menatap Ka'bah, umat Islam merasa terpanggil untuk melantunkan doa,
memohon kepada Allah agar menambahkan kemuliaan pada Baitullah ini, serta bagi
mereka yang berhaji atau berumroh.
Prof. Aswadi
Syuhadak, guru besar dari Universitas Islam Sunan Ampel di Surabaya,
mengungkapkan bahwa Ka'bah merupakan simbol kebesaran yang melampaui segala
kebesaran duniawi, termasuk kebesaran jam dinding terbesar sekalipun.
"Ka'bah
adalah jarum jam mata hati yang selalu terarah pada Sang Pengatur Alam
Semesta," jelas Prof. Aswadi dikutip dari laman Kemenag.
Sejarah Ka'bah,
seperti yang tertulis dalam Al-Quran, menegaskan bahwa ini adalah rumah ibadah
pertama yang dibangun untuk manusia, terletak di Bakkah (Mekah) yang diberkahi
dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
Ka'bah dibangun
kembali oleh Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail, yang kemudian dijadikan
sebagai tempat suci untuk salat, tawaf, dan itikaf oleh umat Islam.
Sepanjang
sejarahnya, Ka'bah telah mengalami beberapa kali renovasi, dengan renovasi
terakhir dilakukan di masa Dinasti Umayyah.
Saat itu, Hajjaj
bin Yusuf Al Thaqafi terkejut melihat hasil renovasi Abdullah bin Zubair dan
memutuskan untuk mengembalikan Ka'bah ke bentuk yang lebih tradisional seperti
yang dibangun oleh kaum Quraisy.
Selanjutnya, di
masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid, ada niat untuk mengembalikan Ka'bah
ke bentuk yang dicita-citakan oleh Nabi SAW.
Namun, atas saran
Imam Malik, Khalifah memutuskan untuk tidak mengubahnya, mengingat pentingnya
Ka'bah sebagai simbol keagamaan yang stabil.
Renovasi besar
lainnya terjadi ketika Sultan Ottoman Sulaiman Khan dan Sultan Ahmad Khan
membuat perubahan struktural.
Namun, tragedi
banjir besar yang terjadi pada tahun 1039 H menyebabkan kerusakan serius pada
struktur Ka'bah, memaksa penguasa lokal untuk segera melakukan perbaikan
darurat.
Ka'bah terus
menjalani perbaikan dan pemeliharaan sepanjang sejarah, termasuk rekonstruksi
besar yang berlangsung antara Mei dan Oktober 1996, di mana banyak material
asli diganti untuk memastikan kestabilan dan keawetan struktur suci ini.
Melalui semua
perubahan dan pemeliharaan ini, Ka'bah tetap menjadi pusat spiritualitas umat
Islam, sebuah simbol yang tidak hanya menginspirasi kekaguman dan keagungan
tapi juga merasakan kedekatan spiritual yang dalam dengan Sang Pencipta.
(ibn/ibn)