Notification

×

Iklan

Iklan

Vladimir Putin dan Xi Jinping Janjikan Era Baru Lawan Dominasi AS

Jumat, 17 Mei 2024 | Mei 17, 2024 WIB Last Updated 2024-05-17T17:58:14Z

 

Putin dan Xi Jinping janjikan era baru melawan dominasi AS (Foto: Reuters)



Beijing  - Presiden China atau Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (16/5/2024) menjanjikan sebuah "era baru" kemitraan antara dua rival paling kuat Amerika Serikat (AS), yang mereka anggap sebagai hegemon agresif Perang Dingin yang menaburkan kekacauan di seluruh dunia.

 

Xi menyambut Putin di karpet merah di luar Aula Besar Rakyat di Beijing, di mana mereka disambut oleh barisan tentara Tentara Pembebasan Rakyat, penghormatan 21 senjata di Lapangan Tiananmen, dan anak-anak yang mengibarkan bendera Tiongkok dan Rusia.

 

Tiongkok dan Rusia mendeklarasikan kemitraan tanpa batas pada Februari 2022 ketika Putin mengunjungi Beijing hanya beberapa hari sebelum ia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina, sehingga memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

 

Xi, 70, dan Putin, 71, menandatangani pernyataan bersama pada hari Kamis tentang 'era baru' yang menyatakan penentangan terhadap AS dalam sejumlah masalah keamanan dan pandangan bersama dalam segala hal mulai dari Taiwan dan Ukraina hingga Korea Utara dan kerja sama dalam bidang baru yakni teknologi nuklir yang damai dan keuangan.

 

 “Hubungan Tiongkok-Rusia saat ini diperoleh dengan susah payah, dan kedua belah pihak perlu menghargai dan memeliharanya,” kata Xi kepada Putin, dikutip Reuters.

 

"Tiongkok bersedia bersama mencapai pembangunan dan peremajaan negara kita masing-masing, dan bekerja sama untuk menegakkan keadilan dan keadilan di dunia,” lanjutnya.

 

Rusia, yang melancarkan perang melawan pasukan Ukraina yang disuplai Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan Tiongkok, di bawah tekanan dari upaya bersama AS untuk melawan kekuatan militer dan ekonominya yang semakin meningkat, semakin menemukan tujuan geopolitik yang sama.

 

Xi telah mengatakan kepada Putin bahwa keduanya memiliki peluang untuk mendorong perubahan yang belum pernah terjadi di dunia selama satu abad terakhir, yang oleh banyak analis dilihat sebagai upaya untuk menantang tatanan global yang dipimpin oleh AS.

 

Pemerintah negara-negara tersebut, yang berusaha melawan rasa malu yang dirasakan akibat keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991 dan dominasi kolonial Eropa selama berabad-abad atas Tiongkok, berupaya untuk menggambarkan negara-negara Barat sebagai negara yang dekaden dan sedang mengalami kemunduran, dengan Tiongkok menantang supremasi AS dalam segala hal mulai dari komputasi kuantum dan biologi sintetik hingga spionase dan kekuatan militer yang keras.

 

Namun Tiongkok dan Rusia menghadapi tantangannya masing-masing, termasuk melambatnya perekonomian Tiongkok serta semakin berani dan berkembangnya NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina.

 

Washington menganggap Tiongkok sebagai pesaing terbesarnya dan Rusia sebagai ancaman negara terbesarnya.

 

AS memandang keduanya sebagai penguasa otoriter yang telah meniadakan kebebasan berpendapat dan menerapkan kontrol ketat di dalam negeri terhadap media dan pengadilan. Biden menyebut Xi sebagai diktator dan mengatakan Putin adalah pembunuh dan bahkan "SOB gila". Beijing dan Moskow telah mengancam Biden atas komentar tersebut.

 

(sus/sus)


×
Berita Terbaru Update