Foto : PM Jepang Shigeru Ishiba. (eastasiaforum.org)
Tokyo - Perdana
Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan keprihatiannya atas penyerbuan Israel
di Jalur Gaza, dan menyebut kejadian tersebut 'sangat menyayat hati'.
“Adalah sangat menyedihkan bahwa bom-bom yang dijatuhkan di
Gaza jauh lebih banyak dibandingkan bom yang dijatuhkan di Tokyo selama
serangan udara besar-besaran AS pada Perang Dunia II," kata Ishiba seperti
dikutip dari NHK, Sabtu (30/11/2024).
Pernyataan tu disampaikan Ishiba setelah menerima informasi
dari Seita Akihiro, direktur kesehatan badan PBB untuk pengungsi Palestina
(UNRWA).
Berdasarkan data dari pejabat di Gaza, tentara Israel telah
menjatuhkan 18.000 ton bom di Jalur Gaza sejak Oktober lalu, atau sekitar 1,5
kali kekuatan ledakan bom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, selama Perang
Dunia II.
Selama Perang Dunia II, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima
pada 6 Agustus 1945, yang menewaskan 140 ribu orang.
Tiga hari kemudian, bom lain menghantam Nagasaki, menewaskan
70.000 orang. Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, sekaligus mengakhiri Perang
Dunia II.
Namun, Ishiba menegaskan bahwa Tokyo 'harus terus memberikan
bantuan' kepada UNRWA meskipun Israel melarang badan PBB tersebut beroperasi di
wilayahnya.
Seraya menekankan pentingnya melanjutkan aktivitas UNRWA,
Ishiba mengatakan bahwa dirinya akan 'terus menyampaikan posisi Jepang terkait
isu ini'.
Seita Akihiro, yang juga berasal dari Jepang, mengatakan
kepada Ishiba bahwa 'bantuan kemanusiaan Jepang diterima dengan baik di seluruh
dunia'.
Israel melancarkan perang yang disertai genosida terhadap
Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok perjuangan Palestina, Hamas
pada Oktober tahun lalu.
Serangan Israel di seluruh Gaza telah menewaskan lebih dari
44.300 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari
104.900 orang.
Tahun kedua aksi biadab Israel di Gaza ini menimbulkan
kecaman internasional yang semakin meluas, dengan sejumlah pejabat dan
institusi menyebut serangan dan blokade bantuan Israel di wilayah kantong itu
sebagai upaya sistematis untuk memusnahkan penduduk Palestina.
Bantuan untuk Lebanon
Sementara itu, Jepang pada Jumat (29/11/2024) menyatakan
akan mengirim bantuan kepada badan pengungsi PBB (UNHCR) untuk pengungsi di Lebanon.
Di bawah Undang-Undang Kerjasama Perdamaian Internasional,
Jepang akan menyediakan 6.500 selimut, 6.500 tikar tidur, dan 2.500 lembar
plastik sesuai permintaan UNHCR.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Jepang
menyebut kontribusi ini mendukung upaya kemanusiaan UNHCR yang sedang
berlangsung di tengah tantangan yang semakin besar dalam membantu populasi
pengungsi di Lebanon.
Menurut otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 3.960 orang
tewas dan lebih dari 16.500 orang terluka dalam serangan Israel di Lebanon,
dengan lebih dari 1 juta orang mengungsi sejak Oktober tahun lalu.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang mulai berlaku
pada Rabu (27/11/2024) dini hari, Israel akan menarik pasukannya ke selatan
'Blue Line' sebagai perbatasan de facto secara bertahap. Sementara tentara
Lebanon akan dikerahkan ke wilayah selatan Lebanon dalam waktu 60 hari.
(nhk/js)