Foto : Potret seorang lansia di Jepang. (Bloomberg)
Tokyo - Fenomena
'mati kesepian' atau kodokushi di Jepang disebut telah memasuki tahap
memprihatinkan. Sebanyak 68.000 warga Jepang diperkirakan akan meninggal dalam
kesendirian sampai akhir tahun ini, semakin menunjukkan meluasnya krisis
kesepian yang melanda Negeri Matahari Terbit itu.
Mengutip Channel News Asia, Sabtu (14/9/2024), dalam tiga
bulan awal tahun ini, polisi nasional Jepang mencatat hampir 22.000 orang di negara
itu meninggal di rumah sendirian. Sekitar 80 persen di antaranya berusia 65
tahun ke atas.
Angka ini terus melonjak hingga diprediksi mencapai sekitar
68.000 orang pada akhir 2024. Jumlah tersebut merupakan peningkatan tajam
dibandingkan dengan sekitar 27.000 kasus kodokushi yang terjadi pada 2011.
Fenomena kodokushi terus meningkat lantaran bahwa perubahan
cepat dalam masyarakat Jepang, terutama dalam struktur keluarga yang semakin
berkembang, tidak diimbangi dengan upaya dukungan bagi para lansia yang harus
tinggal seorang diri.
Masataka Nakagawa, peneliti senior di Lembaga Nasional untuk
Penelitian Populasi dan Jaminan Sosial yang dikelola pemerintah Jepang,
menyebutkan ada tiga alasan utama tingginya angka kodokushi di Jepang.
"Ada perubahan besar dalam pola tinggal keluarga di
Jepang. Dahulu, beberapa generasi dalam satu keluarga tinggal bersama, tetapi
itu tidak lagi terjadi karena anak-anak cenderung pindah dari orang tua mereka
untuk alasan pekerjaan," kata Nakagawa kepada This Week in Asia.
"Selain itu, tingkat pernikahan telah menurun selama
beberapa tahun terakhir, yang berarti ada banyak orang yang hidup sendiri,
termasuk di kalangan lansia," lanjut dia.
Faktor selanjutnya adalah harapan hidup yang semakin
panjang, yang menyebabkan salah satu pasangan lanjut usia --biasanya
perempuan-- hidup sendirian setelah pasangannya meninggal, jelas Nakagawa.
Seiring dengan populasi di Jepang yang semakin menua, maka
semakin banyak lansia yang menghabiskan tahun-tahun terakhir hidup mereka dalam
kesendirian.
Warga Lakukan Kampanye Sosial
Menurut Lembaga Nasional untuk Penelitian Populasi dan
Jaminan Sosial Jepang, jumlah lansia berusia di atas 65 tahun yang hidup
sendiri mencapai 7,38 juta pada tahun 2020. Angka ini diperkirakan akan
meningkat menjadi hampir 11 juta lansia pada tahun 2050.
Data sensus pada 2020 menunjukkan, jumlah keluarga
beranggotakan satu orang mencapai hampir 38 persen dari total jumlah keluarga
di Jepang. Jumlah itu naik sekitar 13,3 persen dari survei yang dilakukan lima
tahun sebelumnya.
Di kawasan Tokiwadaira, kompleks perumahan dekat Tokyo,
sekitar 54 persen penghuninya diperkirakan berusia di atas 64 tahun, dan 1.000
dari 7.000 penghuni hidup sendiri, demikian laporan The Guardian.
Fenomena kodokushi akhirnya mendorong insiatif warga untuk
bertindak. Warga mendirikan hotline agar dapat melaporkan kepada pihak
berwenang jika menduga ada lansia yang telah wafat sendirian di dalam apartemen
mereka.
Sejak 2004, kawasan ini sudah mengkampanyekan 'nol
kodokushi' dan menjadi percontohan bagi kawasan perumahan lain yang sebagian
besar dihuni oleh para lansia.
Tahun ini, kompleks tersebut memperkenalkan kampanye 'ikatan
sosial' atau kizuna, menggunakan perangkat pemantau yang dilengkapi sensor
untuk memastikan penghuni di dalam apartemen masih 'bergerak'.
Ada pula semacam patroli yang dilakukan oleh para
sukarelawan, yang akan mengecek rumah-rumah ataua apartemen, memperhatikan jika
ada tanda-tanda sang penghuni kemungkinan telah meninggal sendirian.
Tanda-tanda tersebut misalnya saja seperti tumpukan cucian
kotor yang dibiarkan di balkon berhari-hari setelah kering, tirai yang selalu tertutup
meskipun di siang hari, surat dan koran yang tidak diambil, serta lampu yang
menyala sepanjang hari.
Meski kampanye semacam ini belum mampu menangkal fenomena
kodokushi sepenuhnya, akan tetapi dinilai efektif agar jenazah tidak terbujur
kaku selama berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan, di dalam rumah tanpa
ada seorang tetangga pun yang menyadarinya.
Selain itu, sejumlah seniman setempat juga melukis
ruang-ruang publik yang mengkampanyekan agar warga keluar rumah dan
berinteraksi dengan tetangga mereka.
Selain itu, sesederhana berjalan kaki secara rutin di
sekitar rumah/ apartemen dapat mengurangi kemungkinan isolasi sosial dan
meninggal dalam kesendirian.
(cna/red)