Ribuan warga Israel dari kelompok Yahudi ultra-Ortodoks menggelar aksi demonstrasi menolak rencana perubahan usia wajib militer bagi pelajar seminari. (Foto: BBC).
Tel Aviv - Ribuan
warga Israel dari kelompok Yahudi ultra-Ortodoks menggelar aksi demonstrasi
menolak rencana perubahan usia wajib militer (wamil) bagi pelajar seminari
Yahudi ultra-Ortodoks di Yerusalem, Minggu (30/6).
Mereka menentang perubahan usia wamil dari 26 tahun menjadi
21 tahun. Selama aksi, para pedemo sempat menyerang mobil menteri Israel hingga
bentrok dengan aparat kepolisian.
Sejumlah pedemo juga membawa poster berisi penolakan ke
kebijakan pemerintah.
"Kami akan mati dan tak akan mendaftar," demikian
salah satu poster di demo itu, demikian dikutip The Times of Israel, Senin (1/7).
Para pedemo juga
menyerang mobil yang membawa Menteri Perumahan Israel Yitzhak Goldknopf yang
juga merupakan ketua partai Ultra-Ortodoks United Torah Judaism (UTJ).
Sejumlah rekaman video yang beredar menunjukkan pedemo
melempari batu hingga memukul-mukul mobil tersebut.
Tak lama setelah itu, mantan menteri kesehatan yang juga eks
ketua UTJ Yaakov Liztman mendapat serangan serupa saat melintasi Yerusalem.
Massa bahkan memecahkan kaca bagian depan mobil.
Aparat kepolisian bergegas menyelamatkan Liztman, tetapi
mobil yang sempat membawa dia disebut hancur.
Selain itu, para pedemo terlibat bentrok dengan polisi,
memblokir jalan-jalan di Yerusalem, hingga membakar sampah.
Keadaan semakin tak terkendali saat malam hari. Polisi lalu
menembakan meriam air yang berbau busuk untuk membubarkan massa.
Warga ultra-Ortodoks ini protes usai Mahkamah Agung Israel
mengharuskan negara mulai memasukkan pelajar seminari Yahudi ultra-Ortodoks ke
wajib militer, demikian dikutip Al Jazeera, Minggu.
Perintah itu membuat parlemen menggodok rancangan
undang-undang yang akan menurunkan usia pengecualian wamil dari 26 menjadi 21
tahun bagi pelajar seminari Yahudi ultra-Ortodoks.
Para pedemo juga murka kepada anggota parlemen dari United
Torah Judaism yang turut mendukung perubahan tersebut.
Pembahasan wajib militer mencuat di tengah agresi pasukan
Israel ke Jalur Gaza sejak Oktober 2023. Operasi militer ini telah menewaskan
lebih dari 37.700 warga Palestina, baik di Jalur Gaza maupun di wilayah Tepi
Barat.
(bbc/tim)