Pecahan rudal ditemukan di lokasi serangan Israel terhadap
sebuah sekolah yang dikelola PBB di Nuseirat pada 6 Juni.(Foto:
Sanad/Al Jazeera)
Gaza - Di
antara puing-puing sekolah al-Sardi yang dikelola PBB di kamp pengungsi
Nuseirat di Gaza tengah terdapat sisa-sisa senjata yang menewaskan sedikitnya
40 warga Palestina. Dari penelusuran ternyata pecahan senjata yang tertinggal
adalah buatan Amerika Serikat (AS).
Serangan Israel pada Kamis (6/6) dini hari tidak memberikan
peringatan sebelumnya kepada para pengungsi yang berlindung di sekolah. Empat
belas anak tewas, sembilan wanita, dan sedikitnya 74 orang lainnya luka-luka.
Senjata yang digunakan untuk melakukan serangan – menurut analisis Al Jazeera
terhadap pecahan yang tertinggal – adalah buatan AS.
Unit pengukuran inersia dari rudal, yang digunakan untuk
membantu penargetan presisi, diproduksi oleh Honeywell, sebuah konglomerat
Amerika yang berspesialisasi dalam desain, pengiriman sensor dan perangkat
panduan yang digunakan dalam berbagai senjata militer.
Unit verifikasi Sanad Al Jazeera menemukan bahwa salah satu
pecahan yang ditemukan di Nuseirat memiliki nomor pabrikan dan kategori
HG1930BA06. HG1930 mengacu pada sensor spesifik yang diproduksi oleh
perusahaan.
Bagian yang sama ditemukan setelah pemboman Israel terhadap
sebuah rumah warga Palestina di Shujayea, Gaza pada tahun 2014. Kedua bagian
tersebut, dalam pemboman terbaru dan tahun 2014, memiliki nomor komponen
pabrikan yang sama.
“Kami juga melihat nomor-nomor lain seperti MFR, HG 1930 dan
kemudian BA 06. Ini adalah nomor bagian pabrikan yang memberikan rincian lebih
spesifik tentang komponen rudal, Sekarang, jika Anda melihat identifikasi
pabrikan… itu adalah format yang digunakan oleh sektor kedirgantaraan dan
pertahanan di Amerika Serikat yang terhubung dengan Honeywell.” ucap Elijah Magnier, seorang analis militer
dan politik independen, mengatakan kepada Al Jazeera.
Honeywell terkenal dengan pasokan IMU (Unit Pengukuran
Inersia) dalam berbagai aplikasi militer, dan khususnya peluru kendali yang telah
disediakannya untuk Angkatan Udara Israel sejak tahun 2000. Al Jazeera telah
menghubungi Honeywell untuk memberikan komentar, namun belum menerima
tanggapan.
Serangan Israel terhadap ruang PBB sudah menjadi hal biasa
selama perang Israel di Gaza, yang kini telah menewaskan lebih dari 36.000
warga Palestina. Amerika Serikat telah dikritik karena perannya dalam mendukung
Israel , dan khususnya pasokan senjata yang terus berlanjut. Sejak serangan
pertama berlangsung pada 7 Oktober hingga saat ini telah menewaskan lebih dari
36.000 warga Palestina.
Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menuduh
Israel melanggar hukum internasional, dan Israel saat ini menghadapi kasus
genosida di Mahkamah Internasional. Kepala jaksa Pengadilan Kriminal
Internasional juga telah meminta surat perintah penangkapan terhadap Perdana
Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tindakan
mereka di Gaza.
Pada bulan Mei, sebuah laporan pemerintah AS menemukan
kemungkinan pelanggaran Israel terhadap hukum internasional di Gaza. Hanya saja
tidak ada identifikasi pelanggaran yang akan mengakhiri bantuan militer yang
berkelanjutan. Presiden AS Joe Biden telah mengancam akan menghentikan pasokan
sejumlah senjata ofensif ke Israel jika Israel melanjutkan operasi Rafah. Namun
ancaman tersebut tak terbukti, meskipun Israel terus menekan di wilayah
tersebut, yang terletak di selatan Gaza.
Gaza Tengah Diserang
Gaza Tengah baru-baru ini menjadi sasaran pemboman hebat
Israel, yang oleh warga Palestina digambarkan serupa dengan hari-hari awal
perang. Serangan terhadap sekolah al-Sardi di Nuseirat adalah bagian dari
serangan tersebut. “Pemboman datang dari sini,” kata Naim al-Dadah, yang
selamat dari serangan tersebut.
“Kami sedang tidur. Logam yang beterbangan mencapai atap di
sisi lain dan semua jaring ini mendarat di sana, di sisi lain. Apa yang terjadi
pada kami di luar imajinasi siapa pun.”
Saksi lain mengatakan serangan itu mencabik-cabik orang.
Para penyintas mengumpulkan bagian-bagian tubuh, termasuk banyak anak-anak,
hingga dini hari. Puing-puing senjata berserakan di seluruh ruangan yang hancur
dan kasur yang berlumuran darah. Beberapa ruangan menjadi sasaran, meskipun
struktur bangunannya tetap utuh.
Juru bicara bahasa Arab Israel Avichay Adraee, mengklaim
sekolah PBB menjadi sasaran karena merupakan lokasi pos komando Hamas dan para
pejuang yang terlibat dalam serangan kelompok Palestina pada 7 Oktober terhadap
Israel, yang menewaskan 1.139 orang. Dia juga mengklaim Israel mengambil
beberapa langkah untuk meminimalkan kemungkinan jatuhnya korban sipil. Direktur
kantor media pemerintah Hamas, Ismail al-Thawabta, menolak klaim Israel.
Pada bulan April, outlet media +972 Magazine melaporkan
bahwa Israel menggunakan sistem penargetan kecerdasan buatan yang disebut
Lavender dalam kampanye pengeboman di Gaza. Laporan tersebut mengutip pejabat
militer Israel yang mengatakan bahwa sistem tersebut menghasilkan target untuk
dibunuh.
Untuk sasaran tingkat rendah Hamas, kata laporan itu,
tentara diizinkan membunuh 15 hingga 20 warga sipil. Serangan terhadap pejabat
senior Hamas yang berpangkat komandan batalion atau brigade digunakan untuk
membenarkan pembunuhan lebih dari 100 warga sipil.
Sementara itu NAACP, salah satu organisasi hak-hak sipil
kulit hitam terbesar di Amerika Serikat, mendesak Joe Biden untuk menunda
pengiriman senjata ke Israel “tanpa batas waktu” sebagai tanda meningkatnya
ketidakpuasan terhadap dukungan presiden AS terhadap perang Israel di Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden dan CEO NAACP Derrick
Johnson mengatakan kelompok tersebut memiliki tanggung jawab untuk bersuara
dalam menghadapi ketidakadilan dan berupaya untuk meminta pertanggungjawaban
pejabat terpilih atas janji-janji yang mereka buat.
“Konflik Timur Tengah hanya akan terselesaikan jika
pemerintah AS dan komunitas internasional mengambil tindakan, termasuk
membatasi akses terhadap senjata yang digunakan terhadap warga sipil,” kata
Johnson.
NAACP menyerukan kepada Presiden Biden untuk menarik garis
merah dan mengakhiri pengiriman senjata dan artileri tanpa batas waktu ke
negara Israel dan negara-negara lain yang memasok senjata ke Hamas.
(al-jaz/al-jaz)