Seorang wanita menggunakan senter ponsel saat mengunjungi
pasien di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, Deir al-Balah, Jumat (24/5/2024). (Bashar
TALEB/AFP)
Jalur Gaza
- Lebih dari 900 ribu warga Palestina telah mengungsi dari Rafah. Hal itu
seiring dengan invasi Israel ke Rafah yang notabene jadi tempat terakhir warga
Gaza berlindung.
Tank-tank dan pasukan militer Zionis terus bergerak maju di
tenggara Rafah menuju distrik barat kota padat penduduk itu. Seolah tak kenal
waktu, hari demi hari warga Gaza dihantui oleh serangan Israel. Fasilitas
kesehatan yang dapat menampung pasien pun kian minim.
Direktur Medis Rumah Sakit (RS) Martir Al Aqsa mengatakan,
kini pihaknya tak memiliki bahan bakar untuk menggerakkan generator. Termasuk
juga di rumah sakit lain. ’’Fasilitas yang penuh sesak di Deir el-Balah tidak
dapat menggunakan banyak peralatannya dan terpaksa merawat pasien secara
manual,’’ kata Khalil al-Deqran, juru bicara RS Martir kepada Al Jazeera.
Tanpa bahan bakar, listrik pun tidak dapat berfungsi. Hal
itu tentu mengancam nyawa para pasien. Video yang dipublikasikan Al Jazeera
menunjukkan para tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, maupun pasien dengan
kondisi mengenaskan harus berjibaku dalam kegelapan.
’’Hal ini akan menyebabkan kematian banyak orang yang sakit
dan terluka,’’ kata Khalil al-Deqran, seraya menambahkan bahwa beberapa pasien
dirawat di lantai.
Kemenkes di Gaza mencatat, setidaknya 35.800 orang tewas dan
80.011 luka-luka dalam serangan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023. Di sisi
lain, dermaga bantuan yang dibangun AS di lepas pantai Gaza mulai menyalurkan bantuan.
Meski kondisinya masih menantang.
Pejabat AS menyebutkan, pada Rabu (22/5) ada 27 di antara 70
truk yang memasuki Gaza lewat penyeberangan darat dan laut melalui dermaga itu.
Namun, jumlah tersebut mewakili sebagian kecil dari 150 truk berisi makanan dan
perbekalan yang seharusnya ditangani dermaga itu dengan kapasitas penuh.
Badan Pembangunan Internasional AS menyebutkan, secara
keseluruhan, Gaza perlu sekitar 600 truk per hari untuk mencegah risiko
kelaparan. Terutama di daerah kantong-kantong pengungsi Palestina.
Dilansir dari Reuters, tiga tentara AS menderita luka-luka
nontempur dalam upaya membangun dermaga itu. Satu di antara tiga tentara
tersebut kini berada dalam kondisi kritis dan dirawat di salah satu rumah sakit
di Israel. Cedera itu adalah yang pertama bagi pasukan AS dalam operasi terbaru
untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Palestina.
Wakil Laksamana AS Brad Cooper selaku wakil komandan Komando
Pusat AS mengatakan kepada wartawan bahwa dua tentara mengalami keseleo pada
pergelangan kaki dan cedera punggung ringan. ’’Dua tentara mengalami cedera
ringan. Mereka telah kembali bekerja. Anggota militer ketiga yang terluka di
kapal di laut dibawa ke rumah sakit di Israel,’’ katanya.
Afsel Desak Perang Diakhiri
Di sisi lain, Mahkamah Internasional (ICJ) akan mengeluarkan
putusan atas permohonan Afrika Selatan agar serangan Israel di Rafah diakhiri.
Permintaan itu merupakan bagian dari kasus genosida yang lebih luas yang
diajukan Afrika Selatan terhadap Israel.
Setelah kasus itu
dibuka pada Desember 2023, pengadilan memutuskan Israel harus melakukan segala
yang bisa dilakukan untuk mencegah ’’tindakan genosida’’, namun tidak
memerintahkan gencatan senjata di Gaza.
Afrika Selatan
dalam petisi terbarunya menyatakan, invasi Israel yang sedang berlangsung di
Rafah telah mengubah situasi di lapangan dan memerlukan perintah darurat baru.
Di sisi lain,
Israel menilai permintaan itu harus ditolak dan menyebut pihaknya punya hak
untuk terus memerangi Hamas. Hingga berita ini ditulis, keputusan ICJ belum
dirilis.
(reut/red)