Donald Trump (Foto: Getty Images).
Moskow - Rusia kembali mengunggulkan Donald Trump dari Partai Republik sebagai kandidat pilihannya untuk memenangkan pemilihan presiden AS tahun ini. Penilaian intelijen AS menemukan Rusia mencoba memengaruhi kampanye untuk membantu Trump memenangkan kontestasi ini melawan Joe Biden.
Seorang pejabat intelijen AS saat memberi pengarahan tentang keamanan pemilu AS, berhati-hati untuk tidak menyebutkan nama mantan presiden dan calon presiden dari Partai Republik ketika ditanya siapa yang ingin dilihat Moskow sebagai presiden AS berikutnya.
Namun, ia menyatakan bahwa Rusia lebih
menyukai Trump. Ia menambahkan bahwa komunitas intelijen AS tidak mengubah
penilaiannya terhadap preferensi Moskow dari pemilihan sebelumnya.
"Kami belum mengamati adanya pergeseran preferensi
Rusia terhadap pemilihan presiden dari pemilihan sebelumnya, mengingat peran
yang dimainkan AS terkait Ukraina dan kebijakan yang lebih luas terhadap
Rusia," kata pejabat dari Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) pada
hari Selasa, mengutip Reuters.
Penilaian sebelumnya menemukan bahwa Moskow telah mencoba,
melalui kampanye pengaruh, untuk membantu Trump menang pada tahun 2016 melawan
Hillary Clinton dan dalam kampanye tahun 2020 ketika ia kalah dari Presiden AS
saat ini Joe Biden.
Operasi Pengaruh
Rusia
Sejauh ini AS belum mendeteksi rencana negara mana pun untuk
"menurunkan atau mengganggu" kemampuan negara tersebut untuk
menyelenggarakan pemilihan presiden pada bulan November, kata sejumlah pejabat
dalam pengarahan yang dihadiri ODNI, FBI, dan Koordinator Nasional untuk
Keamanan dan Ketahanan Infrastruktur Kritis – sebuah badan yang melakukan
pertahanan siber untuk pemerintah AS dan industri swasta.
Namun Rusia, kata pejabat ODNI, terus menggunakan media
sosial dan cara lain untuk mencoba memengaruhi kelompok pemilih AS dengan
mempromosikan narasi yang memecah belah dan merendahkan politisi tertentu.
“Rusia melakukan pendekatan menyeluruh terhadap pemerintahannya untuk
memengaruhi pemilu, termasuk presiden, Kongres, dan opini publik,” katanya.
"Moskow menentukan kandidat mana yang akan mereka
dukung atau lawan, sebagian besar berdasarkan pada sikap mereka terhadap
bantuan lebih lanjut AS ke Ukraina dan isu-isu terkait," kata pejabat
tersebut.
“Itu semua taktik yang pernah kita lihat sebelumnya,
terutama melalui upaya media sosial dan menggunakan suara AS untuk memperkuat
narasi mereka” pejabat itu menambahkan.
Tim kampanye pemilihan Trump menanggapi penilaian dukungan
Rusia dengan mengatakan Biden lemah terhadap Rusia, sebagaimana dibuktikan saat
invasi Moskow ke Ukraina. "Ketika Presiden Trump berada di Ruang Oval,
Rusia dan semua musuh Amerika merasa takut, karena mereka takut dengan
bagaimana Amerika Serikat akan menanggapinya," kata Karoline Leavitt,
sekretaris pers kampanye Trump, dalam sebuah pernyataan.
Kedutaan Besar Rusia
tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Trump sering mengkritik skala dukungan militer AS untuk
Ukraina, yang mencapai sekitar US$60 miliar sejak invasi besar-besaran Rusia
pada tahun 2022. Ia juga menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai
salesman terhebat yang pernah ada.
Dua penasihat keamanan nasional Trump telah menyampaikan
rencana untuk mengakhiri dukungan militer AS ke Ukraina kecuali Kyiv membuka
pembicaraan dengan Rusia untuk mengakhiri perang.
(cnbc/cnbc)