Notification

×

Iklan

Iklan

Penyakit Kulit Menyebar Luas di Gaza, Dipicu Cuaca Panas dan Minim Air Bersih

Rabu, 10 Juli 2024 | Juli 10, 2024 WIB Last Updated 2024-07-10T18:02:55Z

 

Seorang bayi perempuan mengalami masalah kulit dan kekurangan gizi. (Foto: AFP/Omar Al-Qattaa).



Gaza - Penyebaran penyakit kulit meluas di Gaza disebabkan oleh kondisi tidak sehat yang dialami para pengungsi sejak dimulainya serangan pasukan Israel. Cuaca panas, minimnya air bersih serta tumpukan sampah di mana-mana memperparah gejala penyakit ini.

 

Ibrahim Al-Shaer, seorang anak laki-laki Palestina berusia enam tahun, menangis kesakitan terus menerus karena ruam telah menyebar di seluruh tubuhnya. "Kadang-kadang, anak itu berteriak minta tolong dan memohon agar kami menghilangkan ruamnya, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya karena tidak ada obat untuk menghilangkan rasa sakitnya," kata Fathia Abed, ibunya, kepada The New Arab (TNA).

 

Seperti kebanyakan warga Palestina, Fathia mengungsi beberapa kali, dan kini telah menetap di sebuah tenda di daerah Mawasi, kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Ibu delapan anak berusia 45 tahun itu mengatakan, "Kebutuhan minimum untuk kehidupan manusia tidak tersedia. Kami hidup di atas pasir, yang sering tercemar karena banyaknya orang mengungsi. Selain itu, serangga, kecoak, dan semut ‘memakan’ tubuh anak-anak saya."

 

Tak jauh dari tenda Fathia dan keluarganya yang berjumlah sembilan orang, tumpukan sampah menggunung, menjadi pesta bagi ribuan serangga, yang menyebar di atas dan di sekitarnya. "Bisakah kamu tinggal di sini? Sampah selalu ada di sekitar kita, kuman, dan wabah penyakit menggerogoti tubuh anak-anakku, dan aku tidak tahu bagaimana cara menghilangkan penderitaan ini, terutama di musim panas," imbuh Fathia.

 

Dalam upaya untuk meringankan rasa sakit anak kecilnya, Fathia terpaksa membawanya ke laut untuk mandi, yang mungkin membantu mengobati infeksi, karena air laut asin dapat bertindak sebagai disinfektan.

 

Situasinya tidak jauh berbeda dengan seorang gadis kecil, Haya Al-Rafati, dari Kota Gaza. Ia menderita jerawat yang menyebar disertai komedo putih dan hitam di sekujur tubuhnya, sehingga ia tidak dapat mengenakan pakaian apa pun. "Rasanya sakit sekali, dan saya selalu ingin menggaruk badan sampai darah keluar dari jerawat itu […] Saya tidak sanggup menahan semua rasa sakit ini," kata gadis berusia 12 tahun itu kepada TNA . "Saya tidak bisa tidur, bahkan untuk semenit pun."

 

Ibrahim dan Haya termasuk di antara sekitar 150.000 warga Palestina yang menderita infeksi kulit mulai dari kudis, cacar air, kutu, impetigo, dan penyakit kulit melemahkan lainnya, menurut statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza.

 

Sumber-sumber medis mengatakan kepada TNA bahwa penyebaran penyakit kulit, disebabkan oleh kondisi tidak sehat yang dialami para pengungsi sejak dimulainya perang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi adanya 96.417 kasus kudis dan kutu di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, 9.274 kasus cacar air, 60.130 kasus ruam, dan 10.038 kasus impetigo.

 

Menurut apoteker, Dr. Ragheb Abu Shaaban, kudis, cacar air, dan impetigo sangat umum terjadi. Dr. Shaaban mengelola unit kesehatan sementara yang didirikannya bersama sekelompok relawan dari staf medis Palestina melalui upaya pribadi di wilayah Mawasi, Khan Younis.

 

"Anda dapat melihat lepuh dan koreng di tangan, kaki, punggung, dan perut para pemuda di daerah tersebut," kata Abu Shaaban kepada TNA, seraya menambahkan bahwa mereka menerima sekitar 100 kasus setiap hari. Karena keterbatasan obat-obatan, apoteker terpaksa mengolesi tubuh pasiennya dengan losion calamine untuk menenangkan tubuh dan mengurangi rasa gatal.

 

Ia menjelaskan, penyakit kulit tersebut disebabkan oleh "cuaca panas dan kurangnya air bersih khususnya," dan menambahkan, "Dampaknya sangat buruk, terutama pada anak-anak."

 

Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa jumlah pengungsi di Jalur Gaza mencapai 1,9 juta jiwa hingga Maret. Jumlah tersebut kemungkinan bertambah karena banyaknya serangan militer Israel di Gaza selatan sejak saat itu.

 

Perang Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan sedikitnya 38.193 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data kementerian kesehatan.

 

(alja/tna)

×
Berita Terbaru Update