Warga memeriksa reruntuhan rumah saudara perempuan Ismail Haniyeh di kamp Shati dekat Kota Gaza (Foto: Omar al-Qattaa/AFP)
Gaza - Serangan
udara Israel telah menewaskan 10 anggota keluarga pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
di kamp pengungsi Shati di Gaza utara. Sekitar 60 anggota keluarga pemimpin Hamas
itu telah tewas sejak perang Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober tahun lalu.
Mengonfirmasi serangan terhadap keluarga Haniyeh dan jumlah
korban tewas, Hamas mengatakan pada hari Selasa (25/6) bahwa mereka menganggap
pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas kelanjutan perang
“pemusnahan” terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Dikatakan bahwa Amerika Serikat terus memberikan Israel
“perlindungan politik dan militer serta waktu untuk menyelesaikan tugas
penghancuran dan pemusnahan di Jalur Gaza”.
Mahmud Basal, juru bicara badan pertahanan sipil, mengatakan
kepada kantor berita AFP bahwa serangan Selasa (25/6) pagi itu menargetkan
rumah keluarga Haniyeh di Shati. “Ada 10 orang yang mati syahid… akibat
serangan itu, termasuk Zahr Haniyeh, saudara perempuan kepala biro politik
Hamas Ismail Haniyeh,” kata Basal.
Ia menambahkan bahwa sejumlah jenazah kemungkinan masih
berada di bawah reruntuhan tetapi “kami tidak memiliki peralatan yang
diperlukan untukj mengekstraksinya,” katanya. Kru pertahanan sipil memindahkan
jenazah ke Rumah Sakit al-Ahli di dekat Kota Gaza, kata Basal, juga melaporkan
“beberapa orang terluka” dalam serangan itu.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyerukan komunitas
internasional dan PBB untuk memikul tanggung jawab mereka terhadap kejahatan
mengerikan yang sedang berlangsung ini, untuk mengambil tindakan segera
melindungi warga sipil yang tidak bersalah, dan meminta pertanggungjawaban para
pemimpin teroris pendudukan atas kejahatan mereka”.
Militer Israel mengatakan dua bangunan menjadi sasaran
semalam di Shati dan Daraj Tuffah, mengklaim bahwa para pejuang yang terlibat
dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel, menjelang konflik saat ini,
bersembunyi di dalamnya. Pernyataannya yang diposting di media sosial tidak menyebutkan
penyerangan terhadap rumah keluarga Haniyeh.
Tim Al Jazeera di lapangan mengatakan korban tewas dari
keluarga Haniyeh antara lain Zahr Abdel Salam Haniyeh, Nahed Haniyeh Abu Ghazi,
Iman Haniyeh Umm Ghazi, Ismail Nahed Haniyeh, Muhammad Nahed Haniyeh, Moamen
Nahed Haniyeh, Zahra Nahed Haniyeh, Amal Nahed Haniyeh, Shahad Nahed Haniyeh
dan Sumaya Nahed Haniyeh.
Pada 10 April, serangan Israel lainnya menewaskan tiga putra
Haniyeh - Hazem, Amir, dan Muhammad -
serta beberapa cucunya, saat mereka bepergian dengan mobil di dalam kamp. Cucu
sulung Haniyeh, Jamal, dan cucu bungsunya Rua Humam tewas akibat serangan udara
Israel pada bulan November. Militer Israel menuduh mereka melakukan “kegiatan
teroris”.
Saudara perempuan Haniyeh lainnya, Sabah, yang memegang
kewarganegaraan Israel dan tinggal di Beersheba, ditahan oleh Israel pada
tanggal 21 April tetapi kemudian dibebaskan dan ditempatkan di bawah tahanan
rumah.
Haniyeh saat itu mengatakan sekitar 60 anggota keluarganya
telah tewas sejak perang Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober tahun lalu.
Haniyeh, yang mengepalai biro politik Hamas, tinggal di pengasingan di Qatar.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 37.600
orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 85.000
orang lainnya. Wilayah ini telah hancur total akibat serangan tanpa pandang
bulu Israel, yang menargetkan kawasan pemukiman, sekolah, rumah sakit, dan
fasilitas sipil lainnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang
akan terus berlanjut meskipun kesepakatan gencatan senjata disepakati dengan
Hamas.
(alz/reut)