Notification

×

Iklan

Iklan

Sekitar 60 Anggota Keluarga Pemimpin Hamas Tewas di Tangan Israel

Selasa, 25 Juni 2024 | Juni 25, 2024 WIB Last Updated 2024-06-25T19:19:53Z

 

Warga memeriksa reruntuhan rumah saudara perempuan Ismail Haniyeh di kamp Shati dekat Kota Gaza (Foto: Omar al-Qattaa/AFP)



Gaza - Serangan udara Israel telah menewaskan 10 anggota keluarga pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di kamp pengungsi Shati di Gaza utara. Sekitar 60 anggota keluarga pemimpin Hamas itu telah tewas sejak perang Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober tahun lalu.

 

Mengonfirmasi serangan terhadap keluarga Haniyeh dan jumlah korban tewas, Hamas mengatakan pada hari Selasa (25/6) bahwa mereka menganggap pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas kelanjutan perang “pemusnahan” terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

 

Dikatakan bahwa Amerika Serikat terus memberikan Israel “perlindungan politik dan militer serta waktu untuk menyelesaikan tugas penghancuran dan pemusnahan di Jalur Gaza”.

 

Mahmud Basal, juru bicara badan pertahanan sipil, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa serangan Selasa (25/6) pagi itu menargetkan rumah keluarga Haniyeh di Shati. “Ada 10 orang yang mati syahid… akibat serangan itu, termasuk Zahr Haniyeh, saudara perempuan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh,” kata Basal.

 

Ia menambahkan bahwa sejumlah jenazah kemungkinan masih berada di bawah reruntuhan tetapi “kami tidak memiliki peralatan yang diperlukan untukj mengekstraksinya,” katanya. Kru pertahanan sipil memindahkan jenazah ke Rumah Sakit al-Ahli di dekat Kota Gaza, kata Basal, juga melaporkan “beberapa orang terluka” dalam serangan itu.

 

Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyerukan komunitas internasional dan PBB untuk memikul tanggung jawab mereka terhadap kejahatan mengerikan yang sedang berlangsung ini, untuk mengambil tindakan segera melindungi warga sipil yang tidak bersalah, dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin teroris pendudukan atas kejahatan mereka”.

 

Militer Israel mengatakan dua bangunan menjadi sasaran semalam di Shati dan Daraj Tuffah, mengklaim bahwa para pejuang yang terlibat dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel, menjelang konflik saat ini, bersembunyi di dalamnya. Pernyataannya yang diposting di media sosial tidak menyebutkan penyerangan terhadap rumah keluarga Haniyeh.

 

Tim Al Jazeera di lapangan mengatakan korban tewas dari keluarga Haniyeh antara lain Zahr Abdel Salam Haniyeh, Nahed Haniyeh Abu Ghazi, Iman Haniyeh Umm Ghazi, Ismail Nahed Haniyeh, Muhammad Nahed Haniyeh, Moamen Nahed Haniyeh, Zahra Nahed Haniyeh, Amal Nahed Haniyeh, Shahad Nahed Haniyeh dan Sumaya Nahed Haniyeh.

 

Pada 10 April, serangan Israel lainnya menewaskan tiga putra Haniyeh  - Hazem, Amir, dan Muhammad - serta beberapa cucunya, saat mereka bepergian dengan mobil di dalam kamp. Cucu sulung Haniyeh, Jamal, dan cucu bungsunya Rua Humam tewas akibat serangan udara Israel pada bulan November. Militer Israel menuduh mereka melakukan “kegiatan teroris”.

 

Saudara perempuan Haniyeh lainnya, Sabah, yang memegang kewarganegaraan Israel dan tinggal di Beersheba, ditahan oleh Israel pada tanggal 21 April tetapi kemudian dibebaskan dan ditempatkan di bawah tahanan rumah.

 

Haniyeh saat itu mengatakan sekitar 60 anggota keluarganya telah tewas sejak perang Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober tahun lalu. Haniyeh, yang mengepalai biro politik Hamas, tinggal di pengasingan di Qatar.

 

Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 37.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 85.000 orang lainnya. Wilayah ini telah hancur total akibat serangan tanpa pandang bulu Israel, yang menargetkan kawasan pemukiman, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas sipil lainnya.

 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang akan terus berlanjut meskipun kesepakatan gencatan senjata disepakati dengan Hamas.

 

(alz/reut)

×
Berita Terbaru Update