Mobil bewarna putih yang jadi sasaran amuk massa main hakim sendiri di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (7/6/) (ist)
Jakarta - Suasana
duka menyelimuti keluarga Burhanis (52), bos rental mobil yang menjadi korban
main hakim sendiri di Pati, Jawa Tengah. Ia tewas dihakimi warga saat hendak
mengambil mobilnya sendiri usai melacaknya dengan GPS berada di Pati.
Saat peristiwa terjadi Burhanis tak sendiri. Dia ditemani
tiga orang rekannya SH (28), KH (54), AS (57). Peristiwa itu terjadi Kamis
(6/6) di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.
Mereka berniat mengambil mobil Honda Mobilio yang disewakan
oleh Burhanis di depan rumah AG alias Aris di Pati.
Burhanis membawa mobil tersebut menggunakan kunci cadangan.
Salah satu warga yang melihat itu lalu meneriakinya maling dan mengejarnya
bersama warga lainnya. BH dan ketiga temannya lalu dipukuli oleh warga sekitar.
Polisi lalu datang ke TKP dan mengevakuasi keempat korban ke
RSUD Kayen untuk dirawat. Namun Burhanis tak tertolong dan tewas.
Polisi lalu menangkap dua orang warga Desa Sumbersuko,
Kecamatan Sukolilo. Mereka ditangkap dan diperiksa lebih lanjut atas dugaan
pengeroyokan yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Keluarga Telat Dapat Informasi
Keluarga mengaku terlambat menerima kabar meninggalnya
Burhanis. Peristiwa yang menewaskan Burhanis terjadi pada Kamis (6/6) pukul
17.00 WIB, tetapi keluarga baru dapat informasi pada pukul 23.00 WIB.
Ada selang beberapa jam hingga kabar dari Pati sampai ke
keluarga Burhanis yang ada di Jakarta.
“Kejadiannya kan, sore kemarin Kamis, sekitar, sekitar jam
berapa tuh, jam 4 atau jam berapa kejadiannya, dapat informasi sudah jam
setengah 11 malam,” kata Suhardi, kakak korban, saat ditemui kumparan di
kediamannya, Sabtu (8/6).
Keluarga korban mendapat pemberitahuan kejadian nahas itu
dari Polsek Kemayoran. Diberitahukan melalui telepon.
Mendapatkan kabar duka tersebut, tiga perwakilan keluarga
kemudian menuju Pati. Mereka menjemput jenazah korban yang sempat dirawat di
RSUD Pati.
Keluarga Syok
Keluarga syok mendapat kabar Burhanis tewas. Tak ada yang
menyangka kepergian Burhanis bersama tiga rekannya ke Pati untuk melacak mobil
rental yang hilang berujung maut. “Ya, syok, lah,” kata Suhardi.
Istri Burhanis menerima telepon dari Polres Kemayoran yang
melanjutkan pesan duka dari Polres Pati. “Dia ngabarin ke sini, kan, bahwasanya
ini keluarganya ada musibah gitu kan, di Pati,” cerita Suhardi.
Selang beberapa waktu kemudian, Suhardi juga menerima
panggilan telepon dari Pati. Telepon yang mengabarkan dan meminta keluarga
untuk teguh hati atas peristiwa yang dialami Burhanis.
“Enggak lama kemudian, entah dari mana dapatnya nomor saya,
ada yang ngasih ke Polsek Pati itu, terus menelepon saya. 'Mohon maaf saya mau
ngomong' gitu, kan, informasi gitu kan, 'kejadian begini-begini, kejadian ini',
ceritakan lah Polsek Pati itu, seperti yang saya ceritakan tadi. 'bapak mohon
sabar, ya’,” ujar Suhardi.
Ada Luka Sayatan
Keluarga menemukan luka sayatan di tubuh Burhanis.
"Sayatan … ada,” kata dia yang enggak disebutkan identitasnya kepada
kumparan, Sabtu (8/6).
Meski mengakui itu, ia menolak mengungkap berapa titik luka.
Dia hanya mengatakan, nanti pihak kepolisian yang akan menjelaskan detailnya.
“Udah diurus juga sama polisi, kita serahkan ke petugas,”
ucapnya.
Burhanis Dimakamkan di Karawang
Burhanis sudah dimakamkan di Karawang pada Jumat (7/6),
sehari setelah peristiwa penganiayaan tersebut. Sebelum itu, banyak keluarganya
yang datang melayat. Burhanis meninggalkan istri dan empat orang anak.
Rumah Burhanis tergolong sederhana. Di lantai dua tampak
kamar berjejer, menyerupai kamar kosan untuk disewakan. Lobi rumah dijadikan
ruang menerima layatan keluarga.
Keluarga Burhanis berdarah Minang. Pelayat yang datang
rata-rata mengobrol menggunakan logat Minang. Ada juga pihak keluarga yang
langsung dari Palembang.
Mereka berangkat langsung ke Jakarta setelah melihat dan
membaca pemberitaan mengenai peristiwa nahas yang dialami Burhanis. Jenazah
Burhanis langsung dimakamkan di Karawang.
“Kemarin itu, dari Pati, kemarin itu sudah selesai
diautopsi, semua-semua, sekitar jam setengah 7 malam, langsung dibawa ke
Karawang. Sampai, sampai sini jam 2, Karawang. Jam 3 langsung dikebumikan di
Karawang,” kata Suhardi.
(suh/suh)