Notification

×

Iklan

Iklan

Siapakah JD Vance Calon Wakil Presiden AS yang Dipilih Trump?

Selasa, 16 Juli 2024 | Juli 16, 2024 WIB Last Updated 2024-07-16T17:32:36Z

 

JD Vance, Senator Negara Bagian Ohio yang kini ditunjuk sebagai cawapres mendampingi Donald Trump di Pilpres AS 2024. (Associated Press/Carolyn Kaster)



Ohio - Calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump resmi memilih senator JD Vance dari Negara Bagian Ohio sebagai calon wakil presiden dalam pertarungan Pilpres AS November mendatang.

 

Vance sendiri terpilih menjadi anggota Senat AS pada tahun 2022 dan telah menjadi salah satu pendukung setia agenda 'Make America Great Again' yang digaungkan Donald Trump, khususnya di bidang perdagangan, kebijakan luar negeri, dan imigrasi.

 

"Setelah pertimbangan dan pemikiran cukup panjang, dan mempertimbangkan bakat luar biasa lainnya, saya memutuskan bahwa orang yang paling cocok memangku jabatan Wakil Presiden Amerika Serikat adalah Senator JD Vance dari Negara Bagian Ohio," kata Trump di situs medsos Truth Social miliknya.

 

Profil JD Vance

Terlahir dengan nama James Donald Bowman pada 2 Agustus 1984, ia dibesarkan di Middletown, Ohio. Vance merupakan lulusan Ohio State University dan Yale Law School dan pernah bertugas di Korps Marinir, termasuk di Irak.

 

Dari sana, ia bergabung dengan perusahaan investasi Silicon Valley sebelum kembali ke Ohio untuk meluncurkan organisasi nirlaba bertujuan untuk mengembangkan pengobatan kecanduan opioid yang mungkin 'diskalakan secara nasional'.

 

Nama Vance dikenal publik melalui karya memoarnya yang terbit pada 2016 berjudul 'Hillbilly Elegy'. Yakni, sebuah kisah tentang keluarganya di Appalachian dan kehidupan sederhana di Rust Belt, yang menyuarakan rasa benci kaum pekerja di pedesaan Amerika yang terpinggirkan.

 

Kala itu, memoarnya sukses menyentuh hati rakyat kelas pekerja Amerika yang tengah bergulat dengan stagnasi ekonomi, kecanduan narkoba, dan keterasingan budaya.

 

Dari situ, nama Vance mulai populer hingga menarik perhatian Trumpworld ketika bukunya diambil oleh putra tertua sang mantan presiden, Donald Trump Jr. yang kini menjadi teman dekat dan pengagum Vance.

 

Kritikus Trump yang Berubah Jadi Pendukung Setia

Pada tahap awal karir politik Trump, Vance menyebutnya sebagai 'penipu total', 'bencana moral', dan 'Hitlernya Amerika'. Namun, seperti banyak anggota Partai Republik yang mencari relevansi di era Trump, Vance akhirnya mengubah nada bicaranya.

 

Pria 39 tahun itu mengatakan bahwa dirinya terbukti salah dengan kinerja Trump saat menjabat sebagai Presiden AS, dan berkembang menjadi salah satu pembela Trump yang paling gigih.

 

Vance mendapat penghargaan atas perubahan haluannya selama upayanya untuk mendapatkan kursi terbuka di Senat pada tahun 2022. Di mana ia mendapatkan dukungan yang didambakan Trump dan meraih kemenangan dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik dan pemilihan umum yang diperjuangkan dengan keras oleh Partai Demokrat.

 

Hingga akhirnya, dia terpilih menjadi anggota Senat pada tahun 2022 dan sejak itu menjadi salah satu pendukung setia agenda 'Make America Great Again' yang diusung mantan presiden tersebut.

 

Sebagai seorang senator, Vance telah menunjukkan kesediaan untuk bekerja di berbagai bidang. Dia dan senator senior Ohio Sherrod Brown, dari Partai Demokrat, telah bekerja sama dalam sejumlah isu penting bagi negara bagian tersebut. Termasuk memperjuangkan pendanaan untuk fasilitas chip senilai US$20 miliar yang sedang dibangun Intel di pusat Ohio dan memperkenalkan undang-undang keselamatan kereta api di Negara Bagian Ohio.

 

Pandangan tentang Konflik Israel-Palestina

Vance adalah pendukung setia Israel dan menawarkan pandangan dunia 'Amerika Pertama dengan Pengecualian Israel'.

 

“Amerika tidak pandai mengatur perang secara mikro di Timur Tengah. Saya pikir sikap kita terhadap Israel harus diperhatikan, kita tidak pandai mengatur perang di Timur Tengah secara mikro, Israel adalah sekutu kita, biarkan mereka yang menuntut hal ini dan berperang sesuai keinginan mereka,” katanya kepada jaringan CNN dalam sebuah wawancara pada Mei lalu.

 

Vance termasuk orang pertama yang menyalahkan pemerintahan Joe Biden karena diduga memberdayakan Hamas untuk melakukan serangan 7 Oktober.

 

Beberapa jam setelah serangan itu, dia mengatakan: "Amerika harus menghadapi kenyataan yang nyata, dana pajak kita mendanai serangan ini."

 

“Uang dapat dipertukarkan, dan banyak dolar yang kami kirimkan ke Iran kini digunakan untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Ini harus dihentikan. Israel mempunyai hak untuk membela diri. Saya mendoakan teman-teman kami baik-baik saja, tapi yang terpenting saya berharap mereka tidak berperang melawan senjata yang dibeli dengan uang kami,” paparnya.

 

(cnn/red)

×
Berita Terbaru Update