JD Vance, Senator Negara Bagian Ohio yang kini ditunjuk sebagai cawapres mendampingi Donald Trump di Pilpres AS 2024. (Associated Press/Carolyn Kaster)
Ohio - Calon
presiden AS dari Partai Republik Donald Trump resmi memilih senator JD Vance
dari Negara Bagian Ohio sebagai calon wakil presiden dalam pertarungan Pilpres
AS November mendatang.
Vance sendiri terpilih menjadi anggota Senat AS pada tahun
2022 dan telah menjadi salah satu pendukung setia agenda 'Make America Great
Again' yang digaungkan Donald Trump, khususnya di bidang perdagangan, kebijakan
luar negeri, dan imigrasi.
"Setelah pertimbangan dan pemikiran cukup panjang, dan
mempertimbangkan bakat luar biasa lainnya, saya memutuskan bahwa orang yang
paling cocok memangku jabatan Wakil Presiden Amerika Serikat adalah Senator JD
Vance dari Negara Bagian Ohio," kata Trump di situs medsos Truth Social
miliknya.
Profil JD Vance
Terlahir dengan nama James Donald Bowman pada 2 Agustus
1984, ia dibesarkan di Middletown, Ohio. Vance merupakan lulusan Ohio State
University dan Yale Law School dan pernah bertugas di Korps Marinir, termasuk
di Irak.
Dari sana, ia bergabung dengan perusahaan investasi Silicon
Valley sebelum kembali ke Ohio untuk meluncurkan organisasi nirlaba bertujuan
untuk mengembangkan pengobatan kecanduan opioid yang mungkin 'diskalakan secara
nasional'.
Nama Vance dikenal publik melalui karya memoarnya yang
terbit pada 2016 berjudul 'Hillbilly Elegy'. Yakni, sebuah kisah tentang
keluarganya di Appalachian dan kehidupan sederhana di Rust Belt, yang
menyuarakan rasa benci kaum pekerja di pedesaan Amerika yang terpinggirkan.
Kala itu, memoarnya sukses menyentuh hati rakyat kelas
pekerja Amerika yang tengah bergulat dengan stagnasi ekonomi, kecanduan
narkoba, dan keterasingan budaya.
Dari situ, nama Vance mulai populer hingga menarik perhatian
Trumpworld ketika bukunya diambil oleh putra tertua sang mantan presiden,
Donald Trump Jr. yang kini menjadi teman dekat dan pengagum Vance.
Kritikus Trump yang
Berubah Jadi Pendukung Setia
Pada tahap awal karir politik Trump, Vance menyebutnya
sebagai 'penipu total', 'bencana moral', dan 'Hitlernya Amerika'. Namun,
seperti banyak anggota Partai Republik yang mencari relevansi di era Trump,
Vance akhirnya mengubah nada bicaranya.
Pria 39 tahun itu mengatakan bahwa dirinya terbukti salah
dengan kinerja Trump saat menjabat sebagai Presiden AS, dan berkembang menjadi
salah satu pembela Trump yang paling gigih.
Vance mendapat penghargaan atas perubahan haluannya selama
upayanya untuk mendapatkan kursi terbuka di Senat pada tahun 2022. Di mana ia
mendapatkan dukungan yang didambakan Trump dan meraih kemenangan dalam
pemilihan pendahuluan Partai Republik dan pemilihan umum yang diperjuangkan
dengan keras oleh Partai Demokrat.
Hingga akhirnya, dia terpilih menjadi anggota Senat pada
tahun 2022 dan sejak itu menjadi salah satu pendukung setia agenda 'Make
America Great Again' yang diusung mantan presiden tersebut.
Sebagai seorang senator, Vance telah menunjukkan kesediaan
untuk bekerja di berbagai bidang. Dia dan senator senior Ohio Sherrod Brown,
dari Partai Demokrat, telah bekerja sama dalam sejumlah isu penting bagi negara
bagian tersebut. Termasuk memperjuangkan pendanaan untuk fasilitas chip senilai
US$20 miliar yang sedang dibangun Intel di pusat Ohio dan memperkenalkan
undang-undang keselamatan kereta api di Negara Bagian Ohio.
Pandangan tentang
Konflik Israel-Palestina
Vance adalah pendukung setia Israel dan menawarkan pandangan
dunia 'Amerika Pertama dengan Pengecualian Israel'.
“Amerika tidak pandai mengatur perang secara mikro di Timur
Tengah. Saya pikir sikap kita terhadap Israel harus diperhatikan, kita tidak
pandai mengatur perang di Timur Tengah secara mikro, Israel adalah sekutu kita,
biarkan mereka yang menuntut hal ini dan berperang sesuai keinginan mereka,”
katanya kepada jaringan CNN dalam sebuah wawancara pada Mei lalu.
Vance termasuk orang pertama yang menyalahkan pemerintahan
Joe Biden karena diduga memberdayakan Hamas untuk melakukan serangan 7 Oktober.
Beberapa jam setelah serangan itu, dia mengatakan:
"Amerika harus menghadapi kenyataan yang nyata, dana pajak kita mendanai
serangan ini."
“Uang dapat dipertukarkan, dan banyak dolar yang kami
kirimkan ke Iran kini digunakan untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Ini harus dihentikan. Israel mempunyai hak untuk membela diri. Saya mendoakan
teman-teman kami baik-baik saja, tapi yang terpenting saya berharap mereka
tidak berperang melawan senjata yang dibeli dengan uang kami,” paparnya.
(cnn/red)