Jalan Tol Trans Sumatra. (ist)
Jakarta - Untuk
menggarap tol Palembang-Betung bagian dari Trans Sumatra, PT Hutama Karya
(Persero) minta tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1 triliun.
Perusahaan konstruksi pelat merah ini benar-benar tak punya duit, kecuali utang
jumbo Rp30 triliun.
“Untuk melanjutkan pembangunan tol Palembang-Betung dan
meningkatkan konektivitas jalan tol Trans Sumatra dari Bakaheuni hingga Jambi,”
kata Direktur Utama Hutama Karya, Budi Harto dalam rapat dengan Komisi XI DPR
di Jakarta, Selasa (2/7).
Selain untuk meningkatkan konektivitas di Pulau Sumatra,
kata Budi, penambahan PMN diyakini berguna untuk meningkatkan potensi
penerimaan fiskal dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sepanjang jalan
tol.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 42 tahun
2024, pembangunanan tol Trans Sumatra sepanjang 2.854 kilometer, dibagi menjadi
empat tahap. Tahap 1 sampai saat ini, terdapat 9 ruas jalan dan telah
beroperasi secara penuh.
Sisanya akan
beroperasi dan sedang tahap konstruksi, ditargetkan selesai pada tahun ini. Tahap
dua menghubungkan Palembang dan Pekanbaru, tahap ketiga merupakan ruas
berkelanjutan yang Pekanbaru hingga Aceh.
Sebelumnya
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, hingga Mei 2024, pemerintah
menyalurkan PMN sebesar Rp18 triliun ke Hutama Karya. Ini suntikan terbesar
pemerintah untuk BUMN.
Sri Mulyani
menerangkan, PMN tersebut digunakan untuk membangun jalan tol Trans Sumatra
tahap 1 dan 2, terutama ruas Kayu Agung-Palembang-Betung.
“Agar masyarakat
memahami bahwa pembangunan tol digunakan dari dana pajak dan berbagai
penerimaan APBN,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN, Kamis (27/5).
Pada 6 Mei 2024,
Hutama Karya harus menghadapi gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang
(PKPU) dari 3 perusahaan yaitu PT Rekayasa Energi Bersama, PT Yuan Sejati, dan
CV Adi Kencana Buana Raya. Gugatan dari ketiga vendor itu didaftarkan ke
Pengadilan negeri (PN) Jakarta Pusat.
Berdasarkan
laporan keuangan 2023, kinerjanya tak jelek-jelek amat. Mampu mencetak laba
dari penjualan jalan tol (divestasi) senilai Rp3,64 triliun. Pendapatan Hutama
Karya naik 11,81 persen menjadi Rp26,93 triliun secara tahunan (year on
year/yoy).
Namun beban pokok
lompat 20,02 persen menjadi Rp24,57 triliun. Alhasil, laba kotor turun 34,73
persen, menjadi Rp2,36 triliun.
(shr/shr)