PM Singapura Lee Hsien Loong mengundurkan diri. (BBC)
Singapura - Setelah
20 tahun berkuasa, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengundurkan
diri. Ini sekaligus menandai berakhirnya era politik keluarga Lee di Singapura.
Melansir BBC, Sabtu (18/5/2024), Lee resmi menyerahkan
kendali kepada Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan, Lawrence Wong,
pada Rabu (15/5/2024) malam.
Sejak menjadi negara merdeka pada 1965, Singapura hanya
memiliki empat perdana menteri. Semuanya dari Partai Aksi Rakyat (PAP) yang
berkuasa.
Pertama adalah ayah Lee Hsien Loong, Lee Kuan Yew. Dia
dianggap sebagai pendiri Singapura modern dan memimpin negara tersebut selama
25 tahun.
Para analis mengatakan, transisi ini menandai sebuah evolusi
dalam kepemimpinan politik Singapura ketika negara itu keluar dari
bayang-bayang keluarga Lee, meskipun Lee akan tetap berada di kabinet sebagai
menteri senior.
Dalam wawancara terakhirnya sebagai perdana menteri dengan
media lokal pada akhir pekan lalu, dia berterima kasih kepada masyarakat
Singapura atas dukungan mereka.
“Saya tidak mencoba berlari lebih cepat dari orang lain.
Saya mencoba mengajak semua orang untuk berlari bersama saya,” katanya. “Dan
menurut saya, kami berhasil.”
Dia menambahkan, dia telah mencoba melakukan sesuatu dengan
caranya, berbeda dari ayahnya dan perdana menteri sebelumnya, Goh Chok Tong.
Lee Hsien Loong masuk ke dunia politik pada 1984 sebagai
anggota parlemen ketika ayahnya masih berkuasa.
Ia naik pangkat di bawah Perdana Menteri kedua Singapura,
Goh Chok Tong, sebelum mengambil alih kepemimpinan pada 2004.
Tahun-tahun pertama karier politiknya ditandai sorotan
tajam. Sejumlah kritikus menuduh keluarga Lee melakukan nepotisme dan
menciptakan dinasti politik, yang berulang kali dibantah keluarga Lee.
Itu tak membuat
sejumlah warga Singapura berhenti bercanda tentang "politik fami-Lee"
serta trinitas "ayah, anak, dan Goh yang suci".
Namun setelah dua
dekade menjabat sebagai pemimpin Singapura, Lee berhasil mencapai kesuksesan.
Di bawah
kepemimpinannya, perekonomian Singapura tumbuh. Pulau tersebut juga menjadi
pusat keuangan internasional dan salah satu tujuan wisata utama dunia. PDB per
kapitanya meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir.
Pemerintahan Lee juga dinilai kompeten dalam mengarahkan negaranya melalui
beberapa resesi, krisis keuangan global, dan pandemi Covid.
Dalam geopolitik
internasional, Lee dengan hati-hati menyeimbangkan hubungan Singapura dengan AS
dan China di tengah tarik-menarik persaingan yang semakin ketat antara dua
negara adidaya itu untuk mendapatkan loyalitas di Asia.
Pemerintahannya
juga akhirnya mencabut undang-undang anti-seks gay yang kontroversial, setelah
bertahun-tahun dilobi kelompok LGBTQ - meskipun kebebasan berbicara masih
sangat dibatasi.
Dengan garis
keturunan politik dan citra akademisnya, Lee secara umum sangat disukai oleh
warga Singapura. Dia menduduki peringkat teratas dalam survei politisi paling
populer di Singapura dan daerah pemilihannya secara konsisten menerima
perolehan suara tertinggi dalam pemilu.
Namun dia tidak
luput dari kritik atau kontroversi.
Keputusan
Singapura untuk menerima imigran dalam jumlah besar untuk mengatasi kekurangan
tenaga kerja pada akhir tahun 2000-an memicu ketidakbahagiaan yang mendalam.
Ketika Singapura menjadi lebih kaya, kesenjangan sosial meningkat dan
kesenjangan pendapatan semakin melebar. Di bawah kepemimpinan Lee, PAP
memperoleh perolehan suara terendah pada tahun 2011 dan sekali lagi pada tahun
2020.
“Warisan utama
Lee Hsien Loong adalah caranya meningkatkan perekonomian,” kata pakar tata
kelola Singapura, Donald Low, yang merupakan akademisi di Universitas Sains dan
Teknologi Hong Kong.
“Tetapi pada
paruh pertama masa jabatannya, hal ini mengakibatkan peningkatan
ketidakbahagiaan karena kenaikan kesenjangan, semakin tingginya kehadiran orang
asing, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, kemacetan, dan potensi
terkikisnya identitas kewarganegaraan,“ tambahnya.
(bbc/erp)